Artikel Terbaru
Loading...
Sunday, July 14, 2013

KERAJAAN BANTEN

Kerajaan Banten  berawal ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1526, pasukan Demak, dibantu Sunan Gunung Jati dan puteranya, Hasanuddin, menduduki pelabuhan Sunda, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan dari kerajaan Pajajaran, dan kota Banten Girang. Pasukan Demak mendirikan kerajaan Banten yang tunduk pada Demak, dengan Hasanuddin sebagai raja pertama. Menurut sumber Portugis, saat itu Banten merupakan salah satu pelabuhan kerajaan Pajajaran di samping Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa (kini Jakarta) dan Cimanuk.

   A.  Sejarah

Tahun 932, kerajaan Sunda didirikan di bawah naungan Sriwijaya, di kawasan Banten, dengan ibukota di Banten Girang. Kerajaan ini berakhir tahun 1030, dengan mungkin Maharaja Jayabupati sebagai raja terakhirnya, yang memindahkan pusat kerajaan ke pedalaman, di Cicatih dekat Cibadak.
Setelah itu Sunda diperkirakan jatuh di bawah kekuasaan langsung Sriwijaya. Di abad ke-12, lada menjadi bahan ekspor yang berarti bagi Sunda.

Dalam bukunya, Zhufan Zhi (1225), Zhao Rugua menyebut "Sin-t'o" sebagai bawahan Sriwijaya tapi menulis bahwa "tidak ada lagi pemerintahan yang teratur di negara itu. Penduduk menjadi perampok. Mengetahui ini, saudagar asing jarang ke sana." Pernyataan ini menunjukkan pelemahan kekuasaan Sriwijaya, yang sendirinya juga menjadi sarang perompak. Menurut Nagarakertagama, setelah raja Kertanegara menyerang kerajaan Malayu tahun 1275, Sunda jatuh di bawah pengaruh Jawa. Namun berkat lada, ekonomi Sunda berkembang pesat di abad ke-13 dan ke-14.
Menurut Carita Parahyangan, Banten Girang ("Wahanten Girang") diserang Pajajaran, negara pedalaman yang juga beragama Hindu-Buddha. Peristiwa ini diperkirakan terjadi di sekitar tahun 1400. Sunda tunduk pada Pajajaran, yang lebih mementingkan pelabuhannya yang lain, Kalapa (kini Jakarta) dan mungkin satu lagi di muara Citarum. Mungkin itu sebabnya Tomé Pires menulis bahwa pelabuhan yang paling besar di Jawa Barat adalah Kalapa. Namun di sekitar tahun 1500, perdagangan internasional bertambah pesat untuk lada dan membuat Sunda lebih kaya lagi.
Jatuhnya Melaka di tangan Portugis tahun 1511 berakibatkan perdagangan terpecah belah di sejumlah pelabuhan di bagian barat Nusantara dan membawa keuntungan tambahan ke Sunda. Ada kemungkinan rajanya masih beragama Hindu-Buddha dan masih tunduk pada Pajajaran. Namun berkurangnya kekuasaan Pajajaran memberi Sunda kesempatan dan peluang yang lebih luas. Raja Sunda, yang diancam kerajaan Demak yang Muslim, menolak untuk masuk Islam. Dia ingin bersekutu dengan Portugis untuk melawan Demak. Tahun 1522 Banten dan Portugis menandatangani suatu perjanjian untuk membuka suatu pos di sebelah timur Sunda untuk menjaga perbatasan terhadap kekuatan Muslim.
Tahun 1523-1524, Sunan Gunung Jati meninggalkan Demak dengan memimpin suatu bala tentara. Tujuannya adalah mendirikan suatu pangkalan militer dan perdagangan di bagian barat pulau Jawa. Sunda ditaklukkannya dan rajanya diusir. Saat Portugis balik ke Sunda tahun 1527 untuk menerapkan perjanjian dengan Sunda, Gunungjati menolaknya. Sementara Kalapa juga direbut pasukan Muslim dan diberi nama baru, "Jayakarta" atau "Surakarta" ("perbuatan yang gemilang" dalam bahasa Sangskerta.
Banten kemudian diperintah oleh Gunung Jati sebagai bawahan Demak. Namun keturunannya akan membebaskan diri dari Demak. Tahun 1552, Gunung Jati pindah ke Cirebon, di mana dia mendirikan kerajaan baru.
Jatidiri dan kegiatan Gunung Jati lebih banyak diceritakan dalam naskah yang sifat kesejarahannya kurang pasti sehingga terdapat banyak ketidakpastian. Boleh jadi kegiatan militer yang dikatakan dilakukan oleh dia, sebetulnya adalah perbuatan orang lain yang oleh Portugis dipanggil "Tagaril" dan "Falatehan" (yang mungkin maksudnya "Fadhillah Khan" atau "Fatahillah") dan yang dalam sejumlah cerita disamakan dengan Sunan Gunung Jati. Purwaka Caruban Nagari, suatu babad yang dikatakan ditulis tahun 1720, membedakan Gunung Jati dari Fadhillah.
Raja Banten kedua, Hasanuddin (bertahta 1552-1570), memperluas kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung, yang hubungannya dengan Jawa Barat sebetulnya sudah lama. Menurut tradisi, Hasanuddin adalah anak Gunung Jati. Dia menikah dengan seorang putri dari raja Demak Trenggana dan melahirkan dua orang anak.
Raja ketiga, Maulana Yusuf (bertahta 1552-1570), menaklukkan Pajajaran di tahun 1579). Menurut tradisi, Maulana Yusuf adalah anak yang pertama Hasanuddin. Sedangkan anak kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi Penguasa Jepara.
Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kesultanan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kesultanan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Banten karena dibantu oleh para ulama.
Tahun 1638 Pangeran Ratu (bertahta 1596-1651) menjadi raja pertama di pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" dengan nama Arab "Abulmafakhir Mahmud Abdulkadir”



 
B.  Lokasi Kerajaan Banten
Kerajaan Banten yang menjadi salah satu dari kerajaan Islam di Indonesia terletak di Barat Pulau Jawa. Pada mulanya kerajaan Banten di kuasai oleh kerajaan Pajajaran. Raja kerajaan Pajajaran bersekutu dengan bangsa Portigis untuk membendung kerajaan Demak untuk memperluas wilayahnya. Oleh karena itu, raja Demak yaitu Sultan Trenggana memerintahkan Faletehan / Fatahillah untuk merebut kerajaan Banten dari tangan kerajaan Pajajaran. Ternyata usaha tersebut berhasil dengan gemilang. Pasukan kerajaan Demak di bawah pimpinan Faletehan berhasil menaklukkan kerajaan Banten yang sedang berusaha menghalangi Demak memperluas wilayahnya.
C.  Aspek Kehidupan Masyarakat
Aspek kehidupan kerajaan Banten meliputi:
1.  Aspek Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena menghasilkan lada dan pala yang banyak.Adabeberapa factor yang mempengaruhinya, antara lain:
  • Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memilki syarat menjadi pelabuhan yang baik. Dengan pelabuhan yang memadai itu, kerajaan Banten dapat di datangi oleh pedagang-pedagang dari luar, seperti pedagang dari China, India, Gujarat, Persia dan Arab yang setelah berlabuh di Aceh, banyak yang melanjutkan pelayarannya melalui pantai Barat Sumatra menuju Banten. Selain pedagang dari luar, ada juga pedagang yang dating dari kerajaan-kerajaan tetangga, seperti dari Kalimantan, Makasar, Nusa Tenggara, dan Maluku.
  • Kedudukan kerajaan Banten yang sangat strategis di tepi Selat Sunda, karena aktivitas pelayaran perdagangan dari pedagang Islam makin ramai sejak bangsa Portugis berkuasa di Malaka.
Kedua faktor ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran, sehingga pada saat itu kerajaan Banten sangat cepat mengalami perkembangan yang bias di bilang sangat pesat.
2.  Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masayarakat kerajaan Banten meningkat sangat pesat pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, karena ia sangat memperhatikan kehidupan masyarakat dan berusaha untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya.Adausaha yang di tempuhnya untuk mewujudkan rakyat yang sejahtera, yaitu denganmenerapkan system perdagangan bebas dan mengusir Belanda dariBatavia(Jakartasekarang) walaupun usahanya ini gagal.
Secara pelahan, kehidupan sosial kerajaan Banten mulai berlandaskan pada hokum-hukum Islam. Orang-orang yang menolak ajaran baru memisahkan diri ke daerah pedalaman yaitu di daerah Banten Selatan dan kemudian di kenal dengan nama Suku Badui, kepercayaan ini kemudian disebut dengan Pasundan Kawitan (Pasundan yang pertama).
Kehidupan sosial kerajaan Banten dapat kita lihat pada bidang seni bangunan, yaitu seni bangunan oleh Jan Lucas Cardel (orang Belanda yang masuk Islam) dan bangunan-bangunan gapura di Kaibon Banten.
3.  Aspek Kehdupan Politik
Kerajaan Banten adalah kerajaan Islam di Jawa yang menjadi kerajaan penghapus kerajaan Hindu di Jawa. Ini di karenakan usaha kerajaan Banten memperluas wilayahnya. Sultan Maulan Yusuf yang menggantikan ayahnya yaitu Sultan Hasanuddin yang mangkat pada tahun 1570 mempeluas wilayah kekuasaannya ke daerah pedalaman. Pada tahun 1579 kekuasaan kerajaan Pajajaran dapatdi taklukkan, ibu kotanya di rebut sedang rajanya Prabu Sedah tewas dalam pertempuran.

D. Puncak kejayaan
Masa Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa. Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara. Dibantu orang Inggris, Denmark dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Tiongkok dan Jepang.
Sultan Ageng juga memikirkan pengembangan pertanian. Antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makassar. Perkebunan tebu, yang didatangkan saudagar Cina di tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, penduduk kota Banten meningkat dari 150 000 menjadi 200 000.





a. Masa Kekuasaan Sultan Haji
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.
b. Penghapusan Kesultanan
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.

E. Keruntuhan Kerajaan Banten
Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten.Suratitu kemudian dikuatkan dengansuratperjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.
Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC mulai mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia-Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten.
Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik antara keturunan penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada masa akhir pemerintahan Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi vassal dari VOC.
F. Daftar raja Banten










G. Peninggalan Kerajaan Banten
 1. Masjid Banten
Kebesaran Kesultanan Banten dapat dilihat daripada bangunan-bangunan yang didirikan oleh kesultanan itu. Masjid Agung Banten adalah salah satu contohnya. Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin dan memiliki keunikan pada struktur bangunannya.
Bangunan induknya berbentuk segi empat. Atapnya yang diperbuat daripada genting tanah liat berbentuk bujur sangkar yang berupa kubah atap tumpang bertingkatlima. Terdapat empat batang tiang di bahagian tengah yang menjadi tiang penyangga. Terdapat juga mimbar kuno / lama yang berukiran indah.
Di bahagian kiri serambi masjid yang terletak di sebelah utara, terdapat beberapa makam sultan Banten para kerabat, antara lain makam Maulana Hasanuddin dan isterinya, makam Sultan Ageng Tirtayasa, dan makam Sultan Haji. Sementara itu, di serambi sebelah kanan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad.

2.  Kraton Surosowan Benteng Speelwicjk
Keraton ini dibina pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin. Dari keraton yang cukup besar ini, salah satu yang masih tersisa sekarang adalah tembok benteng tebal yang mengelilingi kawasan seluas 4 hektar dan berbentuk empat persegi panjang. Ketinggian tembok benteng ini adalah antara antara 0.5-2 meter, dengan kelebaran sekitar 5 meter.
Dahulu tembok ini dikelilingi parit pertahanan. Tembok benteng dan gerbangnya itu dibina oleh Maulana Yusuf. Selain itu, yang masih tersisa adalah bangunan bersiram (mandi), bekas kolam, dan taman.

3.  Tiamah
Dahulu gedung Tiamah merupakan bangunan yang digunakan oleh para ulama dan umara Banten untuk berdiskusi mengenai soal-soal agama. Bangunan itu terletak di halaman bahagian selatan Masjid Agung Banten. Tiamah merupakan bangunan tambahan yang didirikan oleh Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arkitek Belanda yang memeluk agama Islam. Beliau kemudiannya diberi gelaran Pangeran Wiraguna. Ketika ini gedung tersebut dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan khazanah kerajaan.

4.  Istana / Keraton Kaibon
Para Sultan Banten tinggal di Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya. Keraton ini terletak tidak begitu jauh dari Keraton Surosowan. Namun, pada tahun 1832, keratin ini dibongkar oleh pemerintah Hindia Belanda.

5.  Tokong Cina
Tidak jauh dari Keraton Surosowan terdapat tokong Cina. Hal ini merupakan salah satu bukti adanya toleransi antara umat beragama di wilayah kekuasaan Kesultanan Banten yang beragama Islam.


Kesimpulan
Dari artikel ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa:
  1. Kerajaan Banten  adalah kerajaan bercorak Islam yang mampu menghapus kerajaan Hindu di Jawa.
  2. Kerajaan Banten hidup dari perdagangan dan pelayaran.

Dapatkan Post Terbaru Kami!

Ikuti ADANSUBUH09 Blog

0 comments:

Post a Comment

 
BUKA FOOTER